Senyum yang Menjadi Akhir Segalanya
Dulu, ia adalah Li Mei, mutiara istana. Senyumnya merekah seperti bunga persik di musim semi, cahayanya mampu meluluhkan hati Kaisar. Namun, cinta dan kekuasaan, seperti dua sisi koin yang berputar, menghancurkannya. Pangeran yang ia cintai, dengan janji setia yang ternyata hanya bualan, mengkhianatinya demi tahta. Tuduhan palsu, penjara dingin, dan kehancuran keluarga adalah harga yang harus ia bayar.
Li Mei yang lembut dan polos mati di dalam penjara itu. Yang keluar darinya adalah Xie Lan, seorang wanita dengan mata sedalam jurang, menyimpan dendam yang membara di balik senyum setenang danau. Keindahannya kini bukan lagi kepolosan, melainkan aura mematikan, seperti mawar berduri di tengah medan perang. Ia adalah bunga yang tumbuh dari abu, akarnya menghujam dalam luka, kelopaknya memancarkan kekuatan yang tersembunyi.
Xie Lan kembali ke istana sebagai wanita biasa, menyamar dalam bayang-bayang. Ia belajar politik, strategi, dan seni manipulasi. Senyumnya menjadi topeng, menyembunyikan rencana yang disusun dengan cermat. Balas dendamnya bukan amarah yang meledak-ledak, melainkan ketenangan yang mematikan. Ia mengulur waktu, mengamati lawannya, mencari celah dalam pertahanan mereka. Ia membiarkan mereka meremehkannya, merasa aman dalam kekuasaan mereka, sebelum akhirnya menjerat mereka dalam jaring yang ia rajut dengan sabar.
Satu per satu, mereka yang bertanggung jawab atas kehancurannya merasakan dampaknya. Pangeran yang berkhianat, ibu suri yang licik, para pejabat yang korup – semua jatuh ke dalam perangkap yang telah disiapkan Xie Lan. Ia menggunakan kelemahan mereka, memanipulasi keinginan mereka, dan menghancurkan mereka dari dalam. Tidak ada teriakan, tidak ada pertumpahan darah yang sia-sia. Hanya senyum manis yang mengiringi kejatuhan mereka.
Di puncak kekuasaan, dengan tahta yang kini berada dalam genggamannya, Xie Lan menatap ke bawah, ke dunia yang pernah menghancurkannya. Ia tidak merasa puas, tidak merasa bahagia. Hanya ada kekosongan, yang diisi dengan kepuasan melihat keadilan ditegakkan.
Ia mengangkat kepalanya, senyum menghiasi bibirnya sekali lagi, bukan senyum Li Mei yang polos, bukan pula senyum Xie Lan yang mematikan, melainkan senyum seorang Ratu yang akhirnya berdaulat.
Dan kemudian, ia berkata, "Kini...aku akan membangun kerajaan yang layak untukku."
You Might Also Like: Unveiling Secrets Convert Centimeters
0 Comments: