Aku Mencintaimu di Bawah Langit yang Sama, Tapi di Dunia yang Berbeda
Dering ponsel memecah kesunyian kafe modern. Xiuying, gadis dengan rambut dicat lavender, mengangkat panggilan itu dengan malas. Nada bicara manajernya membuatnya menegakkan punggung. Pekerjaan pemotretan dadakan. Lagi?
"Ini untuk majalah 'Ethereal Dreams'," kata manajernya. "Konsepnya nostalgia, era Dinasti Tang. Kamu tahu kan, yang ada lukisan-lukisan dinding kuil itu? Mereka ingin kamu mereplikasi salah satu adegannya."
Xiuying menghela napas. Ia membenci tema-tema kuno. Namun, ia juga benci kehilangan pekerjaan.
Saat tiba di lokasi, sebuah kuil kuno yang tersembunyi di balik hutan bambu, perasaan aneh menyeruak dalam dirinya. Dinding-dinding berlumut, ukiran naga yang pudar, aroma dupa yang menyesakkan – semuanya terasa FAMILIAR. Terlalu familiar.
Ketika ia memakai gaun Hanfu berwarna jade dan berpose di depan lukisan dinding seorang wanita anggun dengan kipas di tangan, kilatan-kilatan adegan masa lalu menyerbu pikirannya.
Bunga plum yang mekar di musim dingin… tawa renyah di taman istana… jari-jari lembut menyentuh pipinya… dan kemudian…
DARAH.
Xiuying tersentak. Sakit kepala berdenyut hebat. Ia melihat pengkhianatan yang menyakitkan: kekasihnya, Jenderal Li Wei, bersumpah setia padanya, Putri Mei, lalu menikahi adik tirinya, Mei Lin, demi kekuasaan. Mei Lin, dengan senyum manisnya, menusuk jantungnya saat ia lengah.
Semua memori itu hadir begitu jelas, seolah baru terjadi kemarin. Ia adalah Putri Mei. Ia telah dikhianati.
Pemotretan selesai. Xiuying pulang dengan perasaan hancur sekaligus bertekad. Ia tahu Li Wei dan Mei Lin telah bereinkarnasi. Ia tidak tahu siapa mereka, di mana mereka, tetapi ia akan menemukannya. Dan ia tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja.
Beberapa bulan kemudian, Xiuying diangkat menjadi direktur kreatif majalah 'Ethereal Dreams'. Ia memiliki kekuasaan. Ia memiliki pengaruh. Ia akan menggunakan semua itu untuk menyingkirkan siapa pun yang menghalangi jalannya, termasuk dua orang yang telah merenggut nyawanya di kehidupan lampau.
Suatu hari, seorang pengusaha muda bernama Li Jun mendekatinya dengan proposal investasi yang menggiurkan. Matanya… matanya mengingatkannya pada Li Wei. Penuh perhitungan dan ambisi. Dan wanita di sampingnya, dengan senyum menawan namun dingin, mengingatkannya pada Mei Lin.
Xiuying tersenyum. Kesempatan yang sempurna. Ia menerima proposal Li Jun, tetapi dengan syarat. Ia ingin Li Jun menyingkirkan pesaing terbesarnya, seorang taipan media bernama… Wang.
Li Jun menyanggupi.
Wang? Ya. Wang adalah nama keluarga dari Jenderal Li Wei dulu. Mungkin... mungkin ini hanya kebetulan. Mungkin.
Xiuying menatap langit malam. Bintang-bintang berkerlap-kerlip, menyaksikan drama bisu ini. Ia menutup matanya, membayangkan wajah Mei Lin yang berlumuran darah, wajah Li Wei yang tanpa penyesalan.
Ia telah membalas dendam. Bukan dengan pedang atau racun, tetapi dengan KEPUTUSAN. Keputusan yang mengubah arah hidup seseorang, yang mengantarkannya pada kehancuran. Dendam terindah adalah dendam yang tidak terlihat.
Saat Li Jun pergi, Xiuying berbisik, "Sampai jumpa… di kehidupan selanjutnya… atau mungkin… TIDAK PERNAH."
You Might Also Like: Kisah Seru Cinta Yang Kuterjemahkan
0 Comments: