Layar ponselku berkedip, notifikasi tanpa henti seperti detak jantung yang panik. Dulu, namamu yang muncul adalah melodi; sekarang, ia hany...

Absurd tapi Seru: Kau Datang Di Antara Doa Dan Kutukan, Dan Aku Tak Tahu Harus Memilih Yang Mana Absurd tapi Seru: Kau Datang Di Antara Doa Dan Kutukan, Dan Aku Tak Tahu Harus Memilih Yang Mana

Absurd tapi Seru: Kau Datang Di Antara Doa Dan Kutukan, Dan Aku Tak Tahu Harus Memilih Yang Mana

Absurd tapi Seru: Kau Datang Di Antara Doa Dan Kutukan, Dan Aku Tak Tahu Harus Memilih Yang Mana

Layar ponselku berkedip, notifikasi tanpa henti seperti detak jantung yang panik. Dulu, namamu yang muncul adalah melodi; sekarang, ia hanya gangguan. Hujan kota tumpah ruah, membasahi kaca jendela apartemenku, mirip air mata yang tak pernah benar-benar tuntas. Aroma kopi pahit mengepul, mengingatkanku pada malam-malam larut kita, membahas mimpi-mimpi yang sekarang terasa seperti lelucon basi.

Kau datang seperti badai, menyapu bersih semua yang kukenal. Di antara doa-doa yang kupanjatkan di setiap sujud dan kutukan lirih yang terlontar saat kau meninggalkanku, aku terombang-ambing. Aku tak tahu harus memilih yang mana.

Kita bertemu di dunia maya, di antara linimasa dan stories yang penuh kepalsuan. Chat pertama kita, percakapan panjang tak berujung, emoji-emoji yang bertebaran... semua itu kini hanyalah sisa-sisa digital yang tak bisa kuhapus. Ada sepotong hati yang tertinggal di sana, terkunci rapat di antara pesan-pesan yang tak terkirim.

Kehilangan ini samar, seperti bayangan yang menari di sudut mata. Aku merindukanmu, tapi aku membencimu. Misteri hubungan kita, mengapa kau pergi tanpa penjelasan, menghantuiku setiap malam. Siapa dia? Apa yang lebih berharga dariku? Pertanyaan-pertanyaan itu menggantung di udara, tak terjawab, seperti lagu yang terputus di tengah jalan.

Kemudian, aku menemukannya. Rahasia itu. Tersembunyi di balik senyummu yang selalu tampak tulus, di balik tatapan mata yang dulu membuatku merasa istimewa. Sebuah kebohongan besar, terbungkus rapi dalam keindahan. Duniaku runtuh untuk kedua kalinya, kali ini lebih menyakitkan, lebih permanen.

Waktunya tiba untuk balas dendam. Bukan dengan amarah atau teriakan, bukan dengan kata-kata kasar. Tapi dengan keheningan.

Aku mengetik sebuah pesan terakhir, panjang lebar, mengungkapkan semua yang kurasakan. Kemudian, aku menghapusnya.

Aku mengambil napas dalam-dalam, mengeringkan air mata yang tersisa. Aku menyisir rambutku, memoles bibirku dengan warna merah menyala. Aku mengenakan gaun terbaikku, gaun yang dulu kau sukai.

Aku melihat bayanganku di cermin. Bukan bayangan gadis yang patah hati, tapi seorang wanita yang kuat, yang tahu apa yang dia inginkan.

Aku berjalan keluar dari apartemenku, meninggalkan semua kenangan tentangmu di belakang.

Aku tidak akan mencarimu. Aku tidak akan menghubungimu. Aku tidak akan membiarkanmu menghantuiku lagi.

Balas dendamku lembut, manis, dan mematikan.

Aku memblokir nomormu.

Aku menghapus semua fotomu.

Aku membersihkan jejakmu dari hidupku.

Senyum terakhirku adalah hadiah perpisahan. Sebuah senyum yang tulus, senyum yang mengatakan bahwa aku bebas.

Keputusan ini menutup segalanya. Tanpa kata.

Aku berbalik dan berjalan pergi, meninggalkanmu dalam kebingungan dan penyesalan.

Dan aku tidak pernah menoleh ke belakang.

Dan di situlah semuanya berakhir… atau mungkin, justru di situlah segalanya dimulai.

You Might Also Like: Agen Skincare Passive Income Kota

0 Comments: