Layar retak itu memantulkan wajah Xiao Mei, redup diterangi notifikasi yang tak kunjung datang. Di tahun 2347, cinta terasa seperti sinyal Wi-Fi yang naik turun, putus-putus. Sebuah nama—Li Wei—berkedip di benaknya, sebuah echo dari masa lalu yang ia sendiri tak mengerti.
Sementara itu, di tahun 1987, Li Wei duduk di bawah rembulan yang terlalu terang, asap rokok mengepul di sekelilingnya. Aroma tembakau bercampur dengan bau mesin tik tua, setiap ketukan huruf terasa seperti degup jantung yang berpacu. Ia menulis puisi untuk Xiao Mei, wanita yang ia lihat dalam mimpi-mimpinya, siluet asing dari masa depan yang terasa begitu dekat.
Dunia mereka adalah pecahan kaca yang mencoba menyatu kembali. Percakapan mereka terjadi melalui glitch dalam sistem, sepenggal kalimat yang muncul di layar komputer tua, atau lagu lama yang tiba-tiba terputar di radio futuristik. Mereka adalah pesan dalam botol yang diluncurkan ke lautan waktu, berharap ada yang menangkap.
Xiao Mei, dengan rambut dikepang robotik dan pakaian yang terbuat dari serat daur ulang, mencari Li Wei di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Ia menelusuri jejaknya dalam arsip digital, menemukan catatan harian kuno dan foto-foto buram. Sementara Li Wei, dengan jaket kulit dan jiwa pemberontak, mencari Xiao Mei di antara asap pabrik dan hiruk pikuk jalanan, berharap melihat kilasan rambut peraknya di antara kerumunan.
Cinta mereka adalah paradoks—sebuah melodi yang dinyanyikan dua orang secara bersamaan, namun tidak pernah berada di tempat yang sama. Mereka bertemu dalam mimpi, dalam lagu, dalam deja vu yang menusuk kalbu. Mereka adalah dua jiwa yang TERJATUH ke dalam lubang waktu yang sama, mencoba meraih tangan satu sama lain.
Lalu, kebenaran itu terungkap, seperti kode rahasia yang baru dipecahkan. Xiao Mei dan Li Wei bukan hanya orang asing yang saling mencintai. Mereka adalah inkarnasi berbeda dari jiwa yang sama, terjebak dalam lingkaran reinkarnasi yang tak pernah selesai. Setiap kehidupan adalah bab yang terpotong, sebuah usaha sia-sia untuk menyatukan kembali cinta yang TAK PERNAH LENGKAP.
Langit bergemuruh, dan sinyal menghilang.
"Ingat aku, bahkan jika dunia melupakan kita…"
You Might Also Like: Discover Best Food Spots In Basel
0 Comments: