Aku Bersembunyi di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku yang Hancur
Embun pagi merayapi kaca jendela apartemen mewah. Di dalamnya, berdiri Li Wei, pria dengan aura sempurna yang diciptakannya sendiri. Jas Brioni seharga selangit membungkus tubuhnya, menyembunyikan retakan di hatinya. Dia adalah kepalsuan yang terbungkus kemewahan.
Di sisi lain kota, berdiri Lin Yue, seorang jurnalis muda yang gigih. Matanya setajam elang, mencari kebenaran di balik gemerlap dunia. Dia mencium kebohongan Li Wei, sebuah kebohongan yang mengancam akan menghancurkan banyak nyawa.
"Semua orang punya rahasia, Li Wei," gumam Lin Yue di bawah guyuran hujan, "Tapi rahasiamu… itu racun."
Pertemuan mereka bagaikan pertemuan es dan api. Li Wei, dengan senyum dinginnya, mencoba mempesona Lin Yue, menjauhkannya dari kebenaran. Namun, Lin Yue menolak. Dia melihat lebih dalam, menembus jas mahal dan senyum sempurna, dan menemukan seorang pria yang hancur.
"Kau pikir uang bisa membeli kebahagiaan?" tantang Lin Yue suatu malam, di tengah gemerlap pesta yang diadakan Li Wei. "Kau salah. Uang hanya membeli penundaan."
Kata-kata itu menghantam Li Wei bagaikan pukulan. Dia terbiasa dikagumi, dipuja, bukan ditelanjangi jiwanya. Dia mulai terobsesi pada Lin Yue, bukan karena cinta, melainkan karena ketakutan. Ketakutan bahwa kebenarannya akan terungkap.
Konflik semakin memanas. Lin Yue semakin dekat dengan kebenaran, menggali masa lalu Li Wei yang kelam. Sementara itu, Li Wei berusaha sekuat tenaga untuk membungkam Lin Yue, menggunakan kekuasaan dan uangnya.
Puncaknya terjadi di sebuah gudang tua, tempat Li Wei menyimpan rahasianya. Lin Yue berhasil menyusup, menemukan bukti yang tak terbantahkan tentang kejahatan Li Wei. Namun, Li Wei menunggunya di sana, dengan pistol di tangannya.
"Kau seharusnya tidak mencari tahu, Lin Yue," desis Li Wei, matanya berkilat marah.
"Kebenaran selalu menemukan jalannya, Li Wei," jawab Lin Yue, tenang.
Terdengar suara tembakan. Namun, bukan Lin Yue yang terjatuh. Seorang pengawal Li Wei mengkhianatinya, melindungi Lin Yue. Pengawal itu ternyata adalah orang yang masa lalunya dihancurkan oleh tindakan Li Wei.
Li Wei tertangkap. Kekayaannya, kekuasaannya, tidak bisa lagi menyelamatkannya. Dia ditinggalkan oleh semua orang yang pernah memujanya.
Beberapa bulan kemudian, Lin Yue berdiri di depan gerbang penjara, menunggu Li Wei dibebaskan. Ketika Li Wei keluar, dia tampak lebih tua, lebih lemah. Jas mahalnya digantikan seragam tahanan yang lusuh.
"Kau menang," kata Li Wei, suaranya serak.
Lin Yue tersenyum tipis. "Kebenaran yang menang."
Dia menyerahkan sebuah amplop kepada Li Wei. Di dalamnya terdapat bukti yang akan menghancurkan sisa-sisa reputasi Li Wei. Balas dendam yang tenang, namun efektif.
"Ini bukan tentang kebahagiaanku, Li Wei," bisik Lin Yue, "Ini tentang keadilan untuk mereka yang kau hancurkan."
Lin Yue berbalik dan pergi, meninggalkan Li Wei yang berdiri terpaku di depan gerbang penjara. Senyumnya menyimpan perpisahan abadi.
Akankah Li Wei menemukan kedamaian dalam kehancurannya, atau malah merencanakan pembalasan yang lebih mengerikan?
You Might Also Like: Distributor Skincare Jualan Online
0 Comments: