Bulan menggantung pucat di atas Paviliun Anggrek, saksi bisu malam yang kelam. Wangi melati, yang dulu menenangkan, kini terasa menyesakkan...

Drama Seru: Janji Yang Dibalut Darah Dan Air Mata Drama Seru: Janji Yang Dibalut Darah Dan Air Mata

Drama Seru: Janji Yang Dibalut Darah Dan Air Mata

Drama Seru: Janji Yang Dibalut Darah Dan Air Mata

Bulan menggantung pucat di atas Paviliun Anggrek, saksi bisu malam yang kelam. Wangi melati, yang dulu menenangkan, kini terasa menyesakkan. Di hadapanku, berdiri Kaisar Li Wei, pria yang dulu kupuja, pria yang kupercayai sepenuh jiwa. Jubahnya bersulam naga emas, simbol kekuasaan yang kini menjadi duri dalam hatiku.

"Xiao Qing…" bisiknya lirih. Suaranya, yang dulu membuat jantungku berdebar, kini hanya getaran kosong. "Aku...aku tidak punya pilihan."

Pilihan? Pilihan yang membuatnya menikahi Putri Yan, demi aliansi politik yang MENJIJIKKAN? Pilihan yang membuatnya mengkhianati janji suci yang kami ukir di bawah pohon plum yang bermekaran? Janji tentang cinta abadi, tentang masa depan yang hanya ada kita?

Air mata mengalir tanpa henti, membasahi pipiku. Di hadapanku, dia tampak begitu rapuh, begitu menyesal. Namun, penyesalannya tak akan pernah bisa menghidupkan kembali bunga-bunga yang telah layu di hatiku.

"Dulu," aku berbisik, suaraku bergetar, "dulu, aku percaya padamu, Li Wei. Aku menyerahkan hatiku padamu. Aku bahkan rela mati untukmu!"

Tangannya terulur, mencoba menyentuhku. Aku mundur, jijik dengan sentuhan yang dulu kurindukan. Di dadaku, rasa sakit menjalar, seperti ribuan pisau menusuk jantungku. Aku bisa merasakan darahku mendidih, bercampur dengan air mata kepedihan.

Dia melanggar janjinya. Dia memilih kekuasaan di atas cinta. Dia menghancurkan hatiku.

"Maafkan aku, Xiao Qing. Aku tahu aku telah menyakitimu. Tapi percayalah, aku tidak pernah berhenti mencintaimu!"

Cinta? Kata itu terasa hambar di bibirnya. Cinta tidak menghancurkan. Cinta tidak mengkhianati. Cinta tidak meninggalkan.

"Kau... kau telah membunuhku, Li Wei," kataku dengan suara serak. "Bagian diriku yang dulu mencintaimu telah mati. Dan yang tersisa... adalah KEBENCIAN."

Aku berbalik, meninggalkan Kaisar Li Wei berdiri terpaku di bawah cahaya bulan. Aku tahu, malam ini bukan akhir. Malam ini adalah awal dari babak baru dalam hidupku. Sebuah babak yang ditulis dengan tinta darah dan air mata.

Beberapa tahun berlalu. Putri Yan meninggal dunia dalam keadaan misterius. Desas-desus beredar tentang racun, tentang pengkhianatan, tentang kutukan seorang wanita yang patah hati. Kaisar Li Wei, yang dulu gagah perkasa, kini tampak kurus dan lesu. Penyakit aneh menggerogotinya, penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh tabib manapun.

Aku melihat semua itu dari kejauhan, dari balik tirai kebun anggrek yang baru. Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya menunggu. Karena takdir punya caranya sendiri untuk menuntut keadilan.

Bulan kembali menggantung pucat di langit. Dan di dalam hatiku, terukir sebuah pertanyaan yang tak terjawab: Apakah dendamku sudah cukup untuk menebus cinta yang telah hilang, atau justru menambah luka yang takkan pernah sembuh?

You Might Also Like: Tutorial Skincare Lokal Dengan

0 Comments: